Modal CU untuk Fokus Dengan Menjadi Pembeli TBS dari Petani Sawit

23 Jun 2014
CU PANCUR KASIH
UNCATEGORIZED

Menjadi pembeli Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit kemudian menjualnya ke perusahaan swasta  menjadi penghasilan utamanya dalam berbisnis dan membantu orang-orang yang ada disekitar lingkungan tempat tinggalnya di Lalang, desa Lesabela, Kecamatan Ledo, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Ia adalah Adonsius, 49 tahun,  bergabung bersama CU Pancur Kasih sejak tahun 2006 di TP. Bengkayang.

“Karena TP di Ledo sudah mulai dibuka, saya akhirnya mutasi dari TP Bengkayang ke TP Ledo. Hal ini mempermudah saya dalam bertransaksi dan lebih dekat dengan tempat tinggal saya”, katanya saat menceritakan awal bergabung bersama CU PK.

Diawal menjadi anggota CU, pak Adon tidak memiliki kapling kelapa sawit sama sekali. Oleh sebab itu, ia pun berniat untuk mengajukan pinjaman kepada CU Pancur Kasih sebagai modal dasar kepercayaan dari CU untuknya. Pinjaman pertama ia gunakan untuk menambah jumlah simpanan yang ada. Setelah beberapa tahun kemudian, serta pinjaman pertamanya lunas, ia kemudian mencoba untuk mengajukan kembali pinjaman. Dengan pinjaman yang kedua inilah, pak Adon mulai membeli kapling tanah kelapa sawit dan mulai berusaha untuk menjadi pembeli TBS kelapa sawit dari petani-petani sawit yang ada di desanya.

Perkembangan usaha Pak Adon bertumbuh dengan pesat. Modal awal yang ia dapatkan dari CU Pancur Kasih ia kelola dengan baik sehingga jumlah kapling tanah kelapa sawit pak Adon, yang awalnya berjumlah 1 kapling, saat ini berjumlah 9 kapling tanah kelapa sawit yang sudah ditanam dan hasilnya sudah bisa dipanen setiap hari/ minggu, dan ditambah dengan 5 kapling tanah (± 10 ha) dengan kondisi kelapa sawitnya masih dalam tahap pembibitan, penanaman, dan perawatan dan saat ini sudah ada yang mulai berbunga (timbul buah pasir).

Banyaknya jumlah kaplingan tanah kelapa sawit membuat pak Adon harus memperkerjakan sebanyak 11  orang untuk membantunya dalam mengolah lahan kelapa sawit yaitu 8 orang untuk bagian panen dan 3 orang sebagai supir.

Hasil beli-jual TBS kelapa sawit dari petani ke pabrik perusahaan sawit ini pergunakan untuk menggaji karyawan, mengangsur kewajiban di CU, keperluan rumah tangga, dan tidak lupa ia juga menyisihkan uang yang didapatkannya ke tabungan Saaleatn, Sehat, dan Pangari.

Pengalaman sukses ber- CU yang dialami oleh Pak Adon membuat keluarga dan teman-teman yang lain merasa tertarik. Ia menyarankan teman-teman lainnya untuk tidak gegabah dalam mengajukan pinjaman. “Jangan gegabah maksudnya, jangan terlalu emosi untuk mengajukan pinjaman. Misalnya pinjam 1 juta tetapi target pelunasannya itu belum bisa sampai 1 juta. Intinya harus bisa menilai kemampuan diri sendiri”, katanya saat menyampaikan pesan kepada teman-teman dan anggota keluarganya saat dirinya dijadikan penjamin pinjaman.

Dalam akhir wawancara penulis dengan Adonsius, ia sangat bersyukur bisa bergabung bersama CU, katanya, “Kita berhasil pun dibantu juga oleh CU”. CU membantu anggotanya dengan tidak memberatkan angsuran pinjaman anggota karena dengan sistem pembayaran bunga yang menurun. Dengan memperbesar jumlah angsuran dapat mengurangi jumlah bunga yang harus dibayarnya setiap bulan.