TOT (Training of Trainer) SPO dan POKTI Credit Union Pancur Kasih

24 May 2013
CU PANCUR KASIH
UNCATEGORIZED

Setelah terpilihnya SPO (Service Point Organizer) CU Pancur Kasih beberapa bulan yang lalu, untuk memberikan pengetahuan dalam mengorganisir dan memimpin anggota Credit Union Pancur Kasih di tempat pelayanan, maka dilakasanakan pengkaderan/ pelatihan TOT (Training of Trainer) di RRC Ambawang, 23 – 25 Mei 2013. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, kemampuan dan membekali SPO dan POKTI dalam memimpin dan mengorganisir anggota CU Pancur Kasih di tempat pelayanan. Pelatihan TOT ini diikuti sebanyak 40 orang yang terdiri dari SPO baru dan tenaga POKTI.

Dalam pelatihan tersebut, F.Y. Khosmas, M.Si dan Sucipto, S.Th, menjadi fasilitator. F.Y. Khosmas mengatakan bahwa agar SPO dan POKTI selalu memegang teguh nilai-nilai dasar CU serta prinsip-prinsip CU dalam melaksanakan tugasnya. Ia juga mengatakan bahwa selain sebagai ujung tombah dari pengurus mereka juga sebagai fasilitator dalam kegiatan pendidikan dasar di tempat pelayanan dan di masyarakat. Ia juga menambahkan, baik buruknya sebuah lembaga tergantung dari pengelolanya. “Banyak lembaga sejenisnya yang tutup akibat salah kelola serta menyimpang dari cara mengelola yang seharusnya, demikian juga CU bila menyimpang dari acuan dan aturan pada umumnya maka bisa juga seperti itu”, ujarnya didepan peserta saat memberikan penjelasan mengenai peran penting SPO dan POKTI. Ketika ditanya mengenai harapannya terhadapa pelatihan TOT, ia  berharap para SPO dan POKTI dapat menjadi fasilitator yang baik untuk memberikan Pendidikan Dasar (PD) serta menjadi teladan bagi anggota CU dilingkungan masyarakat.

Sucipto, S.Th sebagai fasilitator yang kedua mengatakan bahwa saat ini Indonesia harus siap menghadapai arus globalisasi dan liberalisasi yang berpengaruh pada Credit Union. Oleh sebab itu, ia memberikan istilah KOTA-BAN yang merupakan singkatan dari Kopdit-Tahan Banting. Agar Kopdit Tahan Banting dapat diterapkan pada CU Pancur Kasih, maka diperlukan strategi jitu dalam mempertahankannya. Karena apabila hanya mengandalkan jumlah anggota dan asset yang banyak, Credit Union belum cukup menjadi besar. Untuk itu, Credit Union harus dibentengi dengan etika dan integritas moral yang tinggi bagi para pengelola dan beberapa aspek yang lain. Seperti yang telah disampaikan oleh F.Y Khosmas pada sesi pertama, Sucipto juga menegaskan bahwa tidak sedikit CU yang tutup, disebabkan oleh pondasi yang menopangnya belum maksimal. “Ibarat rumah bila pondasi saja tidak kuat, bagaimana mungkin bangunan itu bisa bertahan”, ujarnya saat menjelaskan pentingnya pondasi bagi Credit Union.